Sabtu, 05 Maret 2011

#4 J-Lo Style

-->
J-Lo Style
                Hari Senin, 16 Juli 2010. Pagi yang cerah membawa sinar masuk ke kamar Rista. Hari itu adalah hari pertama dia sekolah. Sekolah yang dia idam-idamkan sejak ia duduk di bangku kelas sembilan.
Pancaran cahaya matahari yang menyusup dari jendela kamarnya, memaksa Rista untuk segera mengawali harinya. Segera dia ambil handuk dan pergi ke kamar mandi. 15 menit berlalu. Tubuhnya tinggi semampai, berjalan menuju kaca almari bajunya. Mengambil seragam dan sisir. Rambutnya panjang dan hitam, dibiarkan tergerai. Hanya bando merah yang menghiasi rambutnya. Disambarnya tas di atas meja belajar, dan berjalan menuju ruang makan. Setelah sarapan, Rista mengeluarkan motor dari garasi, memakai helm barunya, dan berangkat ke sekolah.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, dia buka helmnya, dan menitih motornya menuju tempat parkir motor. Kemudian, dia mulai melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya. Berjalan menaiki tangga dengan rasa percaya diri, segera ingin mendapat teman baru.
Langkahnya terhenti di depan sebuah ruang kelas yang bertuliskan kelas X-8. Tanpa ambil pusing, dia segera duduk di baris kedua dari meja guru. Sifatnya yang sedikit agresif, dengan mudahnya dia mendapat teman baru. Tak lama kemudian, seorang guru wanita masuk ke kelas.
“Selamat pagi, anak-anak. Perkenalkan, nama saya Rina Larasati. Saya disini sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karena ini merupakan pertemuan pertama, saya minta nanti kalian maju satu-persatu memperkenalkan diri.”  Ujar Bu Rina sambil menunjuk salah satu siswa yang duduk di ujung barat kelas. Hingga giliran Rista untuk maju.
“Selamat pagi, teman-teman. Perkenalkan, namaku Rista Riza Selviana. Panggil saja Rista. Saya lahir di Malang, 26 Maret  1995. Saya tinggal di Perumahan Kutoharjo, Pati. Terima kasih.” Kemudian dia kembali ke tempat duduknya sambil tersenyum kepada teman-temannya.
Bel istirahat pun berbunyi. Rista dan 3 teman barunya, berjalan menuju kantin.
“Eh, ternyata kamu asik juga orangnya.” Kata Lia sambil menatap Rista dengan senyum. Lia, cewek berkacamata ini suka bercanda dan suka bergaul. Dia sering menjadi teman curhat bagi teman-teman yang lain.
“Hehe..biasa aja ah.” Kata Rista sambil berlalu.
“Aku kira kamu orangnya pendiem, nggak gaul, ‘cupu’ banget, ee..ternyata gokil juga. Hehehe..” celetuk Fia sambil tertawa. Dia cewek apa adanya. Suka bercanda dan senang berteman dengan siapa saja.
“Bener, Fia. Aku juga berpikir kayak gitu.” Lanjut Dani. Dia cewek berambut lurus, cantik, dan apa adanya. Cenderung pendiam, tapi suka bercanda.
“Hehehe..makasih ya.” Jawab Rista sambil tersenyum kepada teman-temannya.
***
Hari Rabu terlihat berkabut. Pagi itu, Bu Ryza, guru ekonomi, memberi tugas kepada para siswa kelas X-8 untuk mencari artikel tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setelah jam pelajaran Ekonomi berakhir, Rista berjalan menuju perpustakaan.
“Haduh..mana ya, buku yang dimaksud Bu Ryza?” keluh Rista sambil menggaruk-garuk kepalanya mencari buku di setiap bagian rak.
Lima belas menit ia berada di perpustakaan. Setelah menemukan buku yang dicarinya, dia langsung mengisi daftar pinjaman buku, lalu ia berikan kepada petugas perpustakaan.
Dia berjalan kembali ke kelasnya. Dua buku dibawanya di tangan kiri, dan ia membaca sebuah buku di tangan kanannya, tanpa melihat jalan di depannya. Tiba-tiba..
“Buuk…!”
“Eh…eh.. maaf, nggak sengaja. Maaf ya.” Seorang anak laki-laki yang sedang asyik bermain handphone tak sengaja menabrak Rista, membantu Rista merapikan buku-buku yang dibawa Rista.
“Aduuuh… hmm, ya udah, nggak papa. Maaf juga ya, aku jalan malah sambil baca buku.” Sahut Rista sambil melirik anak laki-laki itu. Dia mencium wangi parfum anak laki-laki itu.
“Ehm, lain kali kalau jalan, liat depan ya. Takutnya malah nabrak-nabrak. Hehehe.” Gurau anak laki-laki itu sambil membantu Rista berdiri sembari tersenyum manis.
Haduh, manis banget mas ini. Namanya siapa, ya?
“Ooh. Heem. Makasih. Maaf ya, aku langsung ke kelasku dulu.” Jawab Rista sambil berlalu meninggalkan anak laki-laki itu berdiri dengan senyum yang masih tersungging di pipinya.
J-LO style. Rista menebak parfum anak laki-laki itu. Parfum favorit Rista yang sering ia pakai ke sekolah.
Sesampainya di rumah, dia langsung mandi, kemudian memakai parfumnya. Lalu, dia duduk di depan jendela kamarnya, sambil melamun.
Hmm, mas tadi manis banget. Tadi malah lupa tanya namanya. Payah. Apa aku panggil dia mas J-LO aja, ya? Haduh mas J-LO. Mungkin nggak ya, kamu suka ma aku? Hmm, kayaknya kok enggak.. manisnya kayak gitu, pasti banyak cewek  yang suka ma dia. Hmm..
Hatinya berdebar-debar. Membayangkan kejadian tadi siang. Mungkinkah itu yang dinamakan jatuh cinta?
***
“Pasien berikutnya, Saudara Rista silahkan masuk ke ruang dokter.” Seseorang berpakaian suster, memanggil nama Rista.
“Saudara Rista, setelah kami periksa dan menganalisa penyakit anda, anda menderita penyakit leukimia. Jalan satu-satunya untuk menyembuhkan penyakit ini adalah melakukan operasi pencangkokan tulang belakang. Tanpa itu, kami tidak bisa memastikan keadaan anda nanti.” Jelas seorang dokter, setelah memeriksa penyakit yang diderita Rista.
Dengan wajah sedih, dia mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruang dokter tersebut. Ia kembali pulang bersama ayahnya.
“Sudahlah, Nak. Ayah rela, tulang belakang ayah dicangkok untuk kamu. Jangan sedih lagi, ya, Nak.” kata ayah Rista, mengelus rambutnya berusaha menenangkan hati Rista sambil tersenyum menatap Rista.
“Makasih, Ayah.” Air mata Rista tak mampu lagi dibendung oleh kedua kelopak mata Rista yang akhirnya tumpah setelah menatap wajah ayahnya.
***
Keesokan harinya, Rista bertemu dengan anak laki-laki yang tidak sengaja menabraknya.
“Eh, masih inget aku nggak?” kata anak laki-laki itu dengan wajah berbinar-binar.
“Heem. Ada apa?” jawab Rista singkat.
“Nanti kamu ada waktu nggak? Aku mau ngobrol ma kamu. Ow ya, aku Aries.” Ia mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan dengan Rista.
“Ada. Oke deh, dimana? Aku Rista.” Jawab Rista sambil menggenggam hangat tangan Aries.
“Rista. Nama yang bagus. Di taman dekat lapangan basket, ya. Pulang sekolah.” Jelas Aries.
“Oke deh. Ehm, aku ke kelas dulu, ya. See you.”  Kata Rista sambil berlari menuju kelasnya tak lupa memberi senyum kepada Aries.
***
Bel pulang pun berbunyi. Rista langsung pergi ke taman tempat janjiannya dengan Aries. Dia melihat Aries sudah menunggunya.
“Udah lama, ya? Maaf dah bikin nunggu lama.” Tanya Rista dengan wajah takut jika Aries marah.
“Nggak kok. Barusan aja. Ehm, langsung aja, ya. Sebenernya, aku dah suka ma kamu waktu aku liat kamu, nggak sengaja nabrak kamu. Sejak saat itu, aku ngrasa ada yang beda. Aku jatuh cinta ma kamu. Kamu mau nggak, jadi kekasihku?” ungkap Aries dengan wajah penuh harap dan menggenggam tangan Rista erat-erat.
“Ehm..aku juga ngrasa hal yang sama. Aku mau kok.” Jawab Rista sambil tersenyum.
“Wah, makasih ya, Rista.” Ucap Aries dan mencium tangan Rista.
***


Lima bulan kemudian..
Aries duduk menunggu disamping tempat tidur Rista. Menunggu dan berharap Rista segera siuman dan bangun dari koma. Dua bulan terakhir, Rista menjalani rawat inap di rumah sakit. Aries tetap setia menjaga Rista, menggenggam erat tangan kanan Rista. Tanpa disadari, ia meneteskan air mata ketika melihat wajah Rista.
“Sayang, bangun. Aku Aries. Aku ingin lihat kamu tersenyum.”harapan semakin menjauh setelah dia mentapa kondisi Rista yang semakin buruk.
Tak diduga, mata Rista mengeluarkan air mata, dan perlahan membuka mata. Ia memandang wajah Aries.
“Aries. Kamu kenapa? Kok nangis? Aku nggak papa kok. Jangan sedih, ya.” Tangan halus Rista meraih wajar Aries, berusaha untuk menghapus air mata di pipi Aries.
“Aku nggak mau kehilanganmu.” Isak Aris dan mencium tangan Rista. Rista hanya bisa tersenyum. Kemudian, Rista mengambil parfum J-LO style di bawah bantalnya. Lalu ia berikan ke Aries.
“Aries, aku ingin kamu nrima ini. Kalau kamu kangen ma aku, kamu pake parfumku ini.  Sebentar lagi aku mau pergi.” Kata Rista sambil memberikan parfumnya pada Aries.
“Rista, jangan ngomong gitu. Jangan tinggalin aku.” Rasa tak rela pun datang menyerang hati Aries.
“Ku harap, kamu menemukan seseorang yang lebih baik daripada aku, ingat semua yang baik pada diriku, jangan sedih, ya. Aku ingin melihatmu bahagia. Aku menyayangimu.” Dia tersenyum untuk yang terakhir kalinya, dan perlahan menutup mata. Tangan Rista terlepas dari genggaman Aries.
Sejak saat itu, Aries selalu mengenang  Rista dengan parfum J-LO style. Itu yang membuat Aries selalu mengingatnya. Mencintainya untuk setia.
~ SelesaI ~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar