Selasa, 30 April 2013

#20 Terima kasih, Ya Allah..

Hari ini aku sangat bersyukur, bisa membuka mataku kembali di sepertiga malam. Aku bergegas untuk mengambil air wudhu dan sholat malam. Kemudian Sholat Subuh dan persiapan untuk mengantar ibu menjenguk saudara di rumah sakit. 
Aku sarapan dan duduk di depan televisi. Pagi ini, berita utama masih didominasi oleh berita meninggalnya Ustadz Jefri. Acara itu, menampilkan masa-masa dimana beliau diwawancarai setelah menunaikan ibadah di tanah suci Mekkah. Ada beberapa kalimat yang membuat aku hampir menangis. 
-Dunia adalah tempat perlintasan ruh.-
Beliau juga menceritakan apa yang terjadi selama beliau di tanah suci Mekkah.

Aku sadar saat itu juga. Bahwa hidup ini tidaklah abadi. Hanya Allah SWT pemilik jiwa seluruh makhluk yang bernyawa di bumi ini. Segera aku habiskan nasi yang ada di piringku. Kemudian mandi, dan Sholat sunnah. Setelah Sholat Dhuha, aku tak bisa menahan air mata. Aku teringat akan kematian. Aku teringat dosa-dosaku yang telah lalu. Aku ingin selal ada didekat-Nya. mendapat ridho-Nya.
Usai berdoa, aku membasuh muka. Lalu mengantar ibu ke rumah sakit yang tidak jauh dari perumahanku. Hanya membutuhkan 10 menit dengan mengendarai sepda motor. Sesampainya di sana, aku berjalan di belakang ibuku. Sudah lama sekali aku melihat bagian dalam rumah sakit. Aku melihat ke kanan, ke kiri, menyusuri jalan, dengan beberapa kalimat yang melintas di kepalaku. 
Oh, ini yang namanya rumah sakit. Semua orang yang ada di sana, tak satu pun yang berwajah ceria. Oh, begitu ternyata, jika ada keluarga yang sakit. 
Setelah menemukan daerah kamar dimana saudaraku dirawat inap, banyak orang duduk di pinggir jalan. Karena  ruangan itu sedang di bersihkan petugas kebersihan. Jadi belum boleh masuk. Budheku, memanggil ibu dan aku yang sedang kebingungan mencari-cari keluarga budheku itu. Lalu ibu bertanya dan berbincang-bincang dengan budhe. Aku duduk di samping ibu, juga turut mendengarkan. Aku tak menyangka, ayah sakit sampai seperti itu beberapa hari yang lalu. Aku merenung sejenak. Ayah begitu kuat menghadapi cobaan, dan tetap berusaha untuk sembuh. Ikhtiar mencari berbagai pengobatan. Samapi akhirnya, ayah menemukan pengobatan alternatif yang cocok. Ayah hampir sembuh! padahal, menurut medis, ayah harus dioperasi. Tapi, dengan ijin Allah, ayah kini sudah berangsur sembuh, melewati orang yang mengobati ayah. 
Beberapa saat kemudian, pintu gerbang pun dibuka. Aku, ibu, dan Budhe masuk ke ruang untuk menjenguk menantu budhe yang sakit Hepatitis B. MasyaAllah.. perutnya besar, hidungnya menggunakan selang oksigen, dan infusnya adalah darah. Kata istrinya, kadar Hemoglobinnya sangat rendah, dibawah lima. Maka dari itu, infus pada saat itu diisi darah. Agar kebutuhan hemoglobin dalam darah tercukupi. Aku melihat beberapa botol infus dengan larutan yang berbeda. Aku melihat perutnya yang besar, sudah merasakan, mungkin lebih sakit dari sakit maag. Aku kasihan melihatnya.  Menurut ilmu biologi yang aku tahu, Hepatitis B adalah penyakit hati yang sangat sulit disembuhkan dan mudah sekali menular. Tapi, aku yakin, setiap penyakit pasti ada obatnya. Beliau sakit bukan karena keturunan, tapi tertular oleh temannya sewaktu kerja di Malaysia.  Waktu istrinya dicek tentang hepatitis, ternyata, istrinya memiliki antibodi hepatitis. Jadi, sulit untuk tertular virus ini. Aku yakin, suaminya pasti akan sembuh. Amiin..
Setelah menjenguk, aku dan ibu berpamitan. Karena ibu berencana mau ke apotek membeli obat. Berjalan menuju pintu keluar, ibu mengajakku melihat sebentar di jendela sebuah ruang. Aku melihat dari luar. Ternyata iru adalah ruangan inkubator. Bayi-bayi di dalam sana terlihat kecil mungil. Ada tiga bayi disana. Mereka terlahir prematur. Aku melihat jari-jari bayi itu meraba-raba seperti mencari sesuatu. Mungkin jika dia bisa membuka mata dan berbicara, dia pasti akan mencari pelukan ibunya. Aku terenyuh. Ketika aku melihat kertas yang berisi data diri bayi itu, ternyata berat badannya hanya 2 kg 1 ons. Kemudian aku bertanya kepada ibu, berapa berat badanku waktu aku lahir. Ibu menjawab bahwa aku lahir normal dengan bera 3 kg 2 ons. Aku terus mengucap syukur kepada Allah. Aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya berada di dalam kotak sendirian, tanpa pelukan ibu, tanpa air susu ibu. Aku teringat foto waktu dulu, ibu menggendongku, saat aku menyusu. Jika aku sudah sadar seperti sekarang ini, pasti aku merasa bahagia. Betapa hangatnya kasih ibu.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar