Senin, 13 Mei 2013

#27 Sinopsis Di Bawah Lindungan Ka'bah

SINOPSIS
DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH
Hamid adalah seorang yatim dan dia tinggal bersama ibunya di kota Padang, tepatnya di sebuah rumah yang mungkin lebih layak untuk disebut sebagai gubug. Beberapa bulan kemudian, rumah besar di sebelah gubug Hamid, ditempati oleh Haji Ja’far yaitu seorang saudagar bersama istri dan anak perempuannya.

Karena iba dengan keadaan Hamid dan ibunya, istri saudagar itu yang biasa dipanggil Mak Asiah, membantu hamid. Haji Ja’far menyekolahkan Hamid bersama-sama dengan putinya, Zainab yang akhirnya dianggap adik oleh hamid.
Setelah tamat sekolah, Hamid menyadari bahwa dia mencintai Zainab, begitu pula sebaliknya. Tapi, keduanya saling menyimpan rasa itu. Karena Hamid tau, walaupun ia mengatakannya pasti akan sia-sia. Dia tidak sederajat dengan Zainab. Begitu pula Zainab. Dia menyadari akan kedudukan keluarganya dalam masyarakat, karena itulah dia tidak mengatakan perasaannya pada Hamid.
Sampai suatu hari, Haji Ja’far meninggal dunia. Hamid dan Ibunya tidak lagi sering ke rumah almarhum Haji Ja’far. Di tambah lagi dengan keadaan Ibunya yang sudah sakit-sakitan dan tak lama, Ibunya pun menyusul menuju alam barzah.
Hamid begitu terpukul dengan semua cobaan ini. Kini dia sebatang kara. Apalagi ketika Mak Asiah meminta bantuannya untuk meluluhkan hati Zainab agar mau menikah dengan kemenakkan ayahnya. Hamid yang putus asa memutuskan untuk meninggalkan kota Padang dan pergi sejauh-jauhnya dari kota itu, maka sampailah dia di tanah suci ini.
Di tanah suci dia bisa melupakan Zainab dan semua penderitaannya, yaitu dengan berserah diri kepada ALLAH. Tapi, tidak jarang kenangan-kenangannya bersama Zainab muncul menghantuinya. Sampai datanglah Saleh, temannya sewaktu masih di bangku sekolah. Dia membawa kabar mengenai zainab yang dia ketahui dari istrinya, yaitu bahwa Zainab juga mencintainya dan sekarang dia tengah menderita karena perasaa yang sudah lama dia pendam itu. Zainab tidak jadi menikah dengan kemenakkan ayahnya.
Ketika surat Zainab untuk Hamid datang bersamaan dengan surat Rosna, Hamid menyadari betapa beruntungnya dia bahwa mengetahui kalau Zainab berperasaan yang sama pada dirinya. Tapi, itu tidaklah mengubah keadaan, karena semuanya telah terlambat.
Pada hari mengerjakan tawaf, datanglah surat untuk Saleh dari istrinya Rosnah. Hamid yang waktu itu berada di atas bangku tandu (karena sakit dan lemah badannya, Hamid tidak bisa mengerjakan tawaf sendirian) bertanya pada sahabatnya itu, surat apakah itu? Karena dia melihat adanya perubahan pada wajah Saleh setelah membaca surat itu. Dengan gugup Saleh mengatakan pada hamid bahwa Zainab telah tiada. Tak lama setelah mengerjakan tawaf dan berdoa, Hamid pun menyusul Zainab. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di bawah lindungan ka’bah dan pada hari itu juga jenazahnya di makamkan di pekuburan Ma’al yang Mahsyur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar