Rabu, 29 Mei 2013

#35 Kebahagiaan yang Tertunda

Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu. Ya, wisuda dan perpisahan SMA. Sudah sebulan lebih aku menantikan terjadinya hari ini. Ternyata Allah masih mengijinkan aku bangun di pagi hari ini. Pukul 03.00 WIB, aku bangun dari tidurku. Masih ada sesuatu yang harus ku kerjakan. Sebuah benda persegi panjang harus kubalut dengan kertas merah muda yang telah ku beli kemarin bersamanya. Aku menulis surat untuknya, dan ku letakkan di dalam kotak bingkai foto itu. 
05.00 WIB, aku harus membangunkan ibu. Karena ibu nanti yang akan menghias wajahku sedemikian rupa untuk acara wisuda nanti. 05.30 WIB ibu baru memulai aksinya. Apa kalian tau? Setidaknya aku harus datang tidak lebih dari pukul 06.55 WIB. Dandan dan berpakaianku selesai tepat pukul 06.51 WIB. Jarak rumah ke sekolah 4,5 km. Naik mobil? Jam segitu? Haah.. akhirnya ayah mengantarku naik motor. Oke deh..
Hmm, sampai di sana ternyata belum di mulai. Oh iya, jam Indonesia kan jam karet, molor. Ilham menjemputku di dekat gedung kridangga. Acara wisuda baru dimulai pukul 07.55. Semua teman-temanku tampil beda. Yang cewek semua mengenakan kebaya, cantik-cantik deh. Yang laki-laki pakai jas, uuh, seperti bapak-bapak semua.
Prosesi wisuda pun dimulai. Awal acara berjalan dengan hikmad. Dari pembukaan sampai wisuda anak-anak yang memperoleh nilai terbaik. Acara berlanjut, memasuki acara wisuda. Kelas duabelas IPA satu, dua, tiga, empat, lancar. Kelasku hampir dipanggil. Dua belas IPA lima. Aku sudah mantab untuk melangkah. Aku ingin mendengar namaku dan ayahku disebut oleh pemandu acara. Setelah nama Anggit dipanggil, aku bersiap. Satu langkah, aku maju.
"Cleopatra Nur An'nisa"
Haah?! Apa yang terjadi? Namaku tidak disebut disana! Aku bingung. Kaget. Apa yang kalian lakukan jika menjadi aku?
Semua teman-temanku juga bingung. Tapi pemandu acara tetap saja meneruskan nama selanjutnya. Mau tidak mau, aku harus maju, meski namaku tidak disebut. Sebenarnya aku sedih. Tapi aku paksa untuk senyum saat foto berjabat tangan dengan kepala sekolah setelah beliau mengalungkan samir. Wali kelasku juga bingung disana. Bu Retno yang berdiri di samping wali kelasku menyuruhku bilang kepada pemandu acara untuk menyebut namaku nanti setelah absen terakhir dibacakan. Aku turun dari atas panggung, aku bilang kepada pemandu acara itu. Aku  tak bisa menahan air mata. Ah, aku menangis. Padahal setelah acara wisuda itu, ada acara foto tunggal wisudawan. Adel, Cleo dan teman-teman lainnya mengerumuniku, menenangkan aku.
Acara wisuda. Acara sakral, acara yang aku alami baru kali ini. Ini yang pertama. Dan kejadiannya seperti ini. Mungkin kalian tahu perasaanku.
Ilham datang mengahampiriku, menemaniku agar ku tak sedih lagi. Dia pun menungguiku di luar ruangan saat aku foto tunggal wisuda memakai toga. Itu membuatku cukup tenang.
Sebenarnya aku sedih. Aku tidak bisa menikmati seperti teman-temanku. Mereka bisa foto-foto bersama, ketawa bercanda, uuh.. Aku yakin di facebook nanti , pasti semua yang membawa kamera akan mengunggah foto wisuda dan perpisahan ini. Aah, sudahlah..
Ilham mengantarku pulang sampai depan rumah. Ibu tanya padaku,"gimana tadi? Kamu dipanggil namamu dan nama ayah?"
Aku hanya menunduk dan menggelengkan kepala. Aku menahan air mata. Aku tidak mau membuat ibuku sedih. Tapi.. aah, aku menangis lagi. Ibu ikut menangis. Ibu menelepon wali kelasku. Setelah ibu jelas dan menerima itu, ibu menyuruhku bersabar. Ibu berdoa agar di saat wisuda lulus kuliahku nanti, ibu ingin aku bisa menjadi wisudawan terbaik. Amiin..
Hmmmmhaaah... menghela napas sejenak.
Melihat beranda penuh dengan foto wisuda temen-temen, rasanya tuuuuuh... sakiiit banget.. Kenapa? mereka bisa menikmati acara dengan mood bahagia, sedangkan aku? mereka bilang kalo itu wisuda terbaik, perpisahan yang mengesankan. Tapi bagiku,kalian pasti tau sendiri.

Malam hari
Ibu duduk di sampingku. Tumben, ibu mengajakku mengobrol hari ini. Tapi.. ini mengejutkan. Karena ibu menanyakan kabar Ilham. Hmm.. setelah ngobrol panjang, dan ibu sempat curcol (curhat colongan) tentang masa lalunya ma ayah, secara tersirat, ibu menerima Ilham sebagai teman dekatku. Ibu juga berdoa, agar waktu kuliah nanti, aku dan Ilham bisa satu prodi, satu fakultas. Kata ibu sih, biar ada yang nemenin aku :D Uwaaaah.. mendengar ibu bilang gitu, semangatku langsung muncul lagi! Setelah aku memberi kabar pada Ilham, dia pun juga ikut senang. Dia juga makin semangat belajar agar dia lolos SBMPTN besok.
Sungguh, mungkin ini adalah kebahagiaan yang tertunda untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar